Saturday, November 1, 2014

Rakyat Mengarak Jokowi-JK


RAKYAT Indonesia menyambut gembira pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK), Senin (20/10). Suka cita itu tergambar dari antusiasnya sebagian rakyat Indonesia yang sudah berada di bundaran Hotel Indonesia dan kawasan Monumen Nasional (Monas) sejak Senin dini hari, bahkan ada yang datang pukul 00.00 WIB.

Setelah secara resmi Jokowi-JK mengemban amanah rakyat untuk memerintah negeri ini melalui sumpah presiden dan simbol pegantian posisi dukuk antara mantan Presiden SBY dan Presiden Joko Widodo, rakyat pun tak lantas pulang. Mereka tetap berkerumun, menanti Jokowi dan JK, menghampiri kerumunan massa di kawasan bundaran Hotel Indonesia.

Sesaat setelah pelantikan di hadapan MPR dan ratusan tamu undangan, pasangan presiden terpilih melalui Pilpres 2014 yang dipilih langsung oleh rakyat itu, mengganti kendaraan kepresidenannya dengan menaiki kereta kuda. Rakyat mengaraknya menuju ke Itana Merdeka, simbol rumah negera tempat Jokowi akan memulai pekerjannya, mewujudkan harapan rakyat mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Di atas kereta kuda, Jokowi-Kalla menyapa rakyat dengan senyuman dan lambain tangan. Keduanya pun tak menjaga jarak ketika rakyat menginginkan jabat tangan. Keduanya pun tak segan melepas jasnya di tengah kerumunan massa yang mengaraknya.Arak-arakan itu terus disesaki massa hingga ke gerbang Istana Negara.

Antusiasme menyambut presiden baru juga terlihat di banyak tempat. Di Kabupaten Garut misalnya, sejumlah PNS dan kelompok masyarakat meluangkan waktu untuk melihat proses pelantikan Jokowi-JK.
Apa mkna dari kegembiraan rakyat mengarak Jokowi-JK dalam Kirab Budaya dan Syukuran Rakyat itu? Kegembiraan itu bisa diartikan bahwa Jokowi-JK dalam memerintah dan mewujudkan harapan rakyat tidak akan berjalan sendiri, melainkan rakyat akan bergotong royong membantu keduanya. Kesediaan para pedagang bakso dan jajanan lain yang menyediakan ratusan ribu porsi untuk orang-orang yang menghadiri acara tersebut secara gratis adalah bukti kecil rakyat begitu mencintai pemimpinnya.

Kehadiran ribuan orang yang diperkirakan jumlahnya mencapai 150.000 itu juga bisa diartikan bahwa siapapun yang akan menggangu pemerintahan Jokoi-JK dengan cara-cara kotor dan curang akan berhadapan langsung dengan rakyat (people power).

Makna lain dari kehadiran ribuan orang itu adalah agar pemerintahan Jokowi-JK harus selalu mengingat setiap detik, apapun yang keduanya kerjakan, semata-mata untuk kepentingan rakyat, bukan untuk mensejahterakan keluarga atau partai politik pengusung dan koalisinya.

Maka, jika dalam perjalanannya, Jokowi-JK melupakan rakyat, mengingkari janji mensejahterakan rakyat, dan berbuat curang, maka rakyat tak akan segan untuk mengoreksinya. Bahkan, jika keduanya sudah sangat keterlaluan menyakiti rakyat, maka kekuatan rakyat bisa melengserkan keduanya.

Pemerintahan sebelumnya adalah cermin. Ada banyak pembantu presiden, pejabat negara, dan elit partai koalisi pengusung pasangan presiden, tersandung kasus korupsi. Masalah-masalah tersebut menggangu konsentrasi pemerintah memenuhi kewajibannya untuk mensejahterakan rakyat karena uang negara dirampok.

Rakyat yang kemarin datang ke Bundaran HI, kawasan Monas, dan mereka yang menyimak Jokowi-JK mengucapkan sumpah untuk bekerja keras memenuhi hak rakyat dengan tidak melanggar Undang-undang Dasar dan peraturan melalui layar televisi, sangat berharap keduanya akan terus amanah hingga jabatan mereka kembali diserahkan ke rakyat. Selamat bekerja. (Kisdiantoro)













Wednesday, October 15, 2014

Saritem

Oleh Kisdiantoro

PEREMPUAN muda yang seusia dengan pelajar SMP kelas dua, mengaku dalam semalam mampu melayani lima laki-laki hidung belang saat sedang "bekerja" di bekas lokalisasi Saritem,  Kelurahan Kebon Jeruk, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Jika sedang sepi, rezeki dalam semalam terkadang hanya mengucur dari tiga orang tamu.

Majikannya membadrolnya seharga Rp 250.000 setiap kali kencan. Tapi, uang itu tak semua menjadi miliknya. Ia harus berbagi dengan majikan dan calo yang mengantar tamu. Sekali kencan, rata-rata ia menghabiskan waktu selama 60 menit.

Akhir pekan atau masa liburan adalah waktu yang paling ditunggu-tunggu. Selama itu, perempuan muda itu akan mendapatkan banyak rezeki setelah melayani banyak tamu.Tidak hanya lima orang, tapi bisa tujuh orang dalam semalam.Kisah memilukan ini dikutip dari sebuah artikel di laman kompas.com pada akhir tahun 2012.

Seharusnya di tahun itu, di bekas lokalisasi Saritem sudah tak ada kisah semacam itu, karena Dada Rosada yang saat itu masih menjabat sebagai wali kota, pada April 2007  telah menutup lokalisasi Saritem dari kegiatan prostitusi. Meski ada perlawanan dari penduduk setempat yang menggantungkan hidup dari usaha prostitusi, tapi akhirnya para germo dan perempuan tuna susila (PSK) sepakat pulang kampung untuk beralih profesi.

Setelah peristiwa itu, Kota Bandung seolah sudah mengubur dalam kegiatan prostitusi di bekas lokalisasi Saritem. Tapi, kenyataanya secara diam-diam para pekerja seks yang semula "pamitan" pulang dan memilih usaha lain, kembali lagi ke Saritem. Para laki-laki yang hobi "jajan" pun kembali mampir.

Selain kisah perempuan muda yang dalam semalam melayani lima orang tamu itu, beberapa hari lalu, tepatnya pada Jumat (13/6), dalam operasi penyakit masyarakat yang dilakukan oleh Satpol PP Kota Bandung dibantu aparat Polisi dan TNI, menjaring sejumlah perempuan pekerja seks, berikut laki-laki hidung belang yang hendak berkencan. Petugas juga menemukan 4.000 botol miuman keras berbagai merek.
Seperti halnya yang ditakutkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, dalam sebuah tayangan televisi hingga dia menangis, lokalisasi prostitusi membahayakan bagi anak-anak. Apalagi mereka baru berstatus sekolah dasar (SD) dan SMP. Membahayakan karen anak-anak rupanya sudah berani patungan untuk membayar seorang pekerja seks dan melakukan adegan sebagaimana mereka tonton dalam sebuah video mesum.

Mengerikan bukan? Ulah anak-anak sekolah itu pun menjadikan seorang nenek tua yang mestinya pensiun dari dunia prostitusi tetap melakukan pekerjaan tersebut. Dia menampung anak-anak sekolah yang hanya mampu membayar dengan uang recehan. Dengan alasan itu pula kemudian Pemerintah Kota Surabaya menutup lokalisasi prostitusi Dolly dan Jarak. Yah, meskipun banyak mendapatkan tentangan dari warga dan PSK di tempat itu. Dada Rosada pun saat memutuskan menutup Saritem satu di antaranya karena alasan melindungi anak-anak dari pengaruh negatif kegiatan prostitusi.

Memang tidak akan mudah menutup bekas lokalisasi Saritem hingga benar-benar bersih dari kegiatan prostitusi. Menurut catatan, usia bekas lokalisasi Saritem sudah lebih dari 170 tahun. Saritem pada mulanya didirikan oleh orang-orang Belanda yang tinggal di tanah Priangan dan konon sudah ada sekitar tahun 1838.
Meskipun sepertinya sudah mengakar, dengan tekat yang kuat dan program kemanusiaan yang digalakan Pemkot Bandung, penutupan Saritem yang sudah berlangsung pada 2007 lalu itu akan benar-benar tutup. Rencana Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang akan menjadikan Saitem sebagai pasar tematik perlu dicoba dan segera direalisasikan. Dengan cara itu, warga setempat yang semula mengantungkan hidup dari kegiatan prostitusi bisa beralih mejadi pedagang atau pekerja di sentra usaha tersebut. Jika hal ini benar-benar berjalan, Satpol PP sebagai kepanjangan tangan pemerintah tidak boleh lengah. Mereka tetap melakukan pembinaan dan razia secara rutin agar kegiatan prostitusi tidak kembali beroperasi. Ingat! Kita tidak ingin anak-anak menjadi korban dan masa depannnya rusak karena terjebak dalam kubangan dunia prostitusi. (*)

Bandung, 19 Juni 2014

Bekas Pejabat "Lupa" Belum Kembalikan Mobil

ILUSTRASI: Deni Denaswara
APA yang semenstinya Anda lakukan jika barang pinjaman sudah selesai digunakan? Jika Anda menyadari bahwa barang yang Anda pinjam bukanlah milik Anda, maka menjadi sebuah kewajiban untuk mengembalikannya kepada yang memilikinya. Tidak hanya itu, selain barang yang Anda pinjam dipastikan dalam keadaan baik, baik bentuk dan fungsinya, Anda juga berkewajiban menyampaikan rasa terimakasih yang besar karena kemurahan hari orang yang menolong Anda. Jika Anda bekelebihan rezeki, buah tangan bisa Anda sertakan sebagai penebus kebaikan orang lain. Benar begitu?

Tapi, hukum memberi pertolongan belum tentu akan berlaku demikian. Mengapa? Karena bisa saja seseorang tidak sengaja atau menyengaja agar yang memiliki barang pinjaman lupa bahwa hartanya sedang berada di tangan orang lain. Setelah lupa, berharap barang tersebut tak lagi diminta untuk dikembalikan. Hal demikian sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Tapi, umumnya adalah untuk barang-barang kecil dan bernilai tidak besar. Semisal, meminjam sendok dan mangkok tetangga, karena sewaktu tukang bakso lewat di depan rumah, kabita saat para tengga juga makan bakso. Tak enak membuat pedagang menunggu Anda selesai makan, maka terpaksa meminjam mangkok dan sendok tetangga. Setelah beberapa lama diam di rumah, perabot itu tak kunjung dikembalikan. Tenyata Anda lupa.Kalau sudah ingat? Ya, langsung dikembalikan. Jangan menyengaja lupa!

Menurut Anda, apakah para anggota DRPD yang kini gagal kembali menduduki kursinya, tak kunjung mengembalikan mobil dinas ke pemerintah karena lupa? Atau sedang berusaha agar pemerintah lupa ada mobil yang sedang dipinjamkan, lalu berharap mobil tersebut akan mejadi miliknya?
Jika jawabannya tidak, karena para mantan wakil rakyat masih sehat dan dapat membedakan perkara benar dan salah, maka sudah sepantasnya mobil-mobil pinjaman itu dikembalikan kareana masa pemakaiannya sudah kadaluarsa seiring bergantinya jabatan.

Soal mantan anggota dewan yang berpilaku demikian bukanlah karangan, tapi memang benar- benar ada. Di Tasikmalaya, masih ada mantan anggota DPRD yang ngeukeuweuk (memegang)
mobil dinas. Padahal mobil dinas tersebut akan digunakan oleh anggota DPRD yang baru untuk menjalankan tugasnya. Anggota DPRD baru tersebut akan dilantik 3 September 2014. Maka, jika para mantan anggota DRPD itu tetap "lupa" mengembalikan pinjaman, tentu akan menghambat kerja para wakil rakyat yang baru.
Aneh memang, kok bisa lupa. Padahal Sekretariat DRPD Kota Tasikmalaya sudah melayangkan surat permohonan pengembalikan mobil dinas kepada para mantan anggota dewan yang memakainya. Kalau tetap lupa? Pemerintah bakal meminta bantuan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Tambah aneh lagu bukan? Masak, majikan sampai harus bekerja ekstra untuk mengambil harta miliknya.

Kasus mantan pejabat menjadi "lupa" memang tak hanya mewabah di Tasikmalaya. Di Kota Cimahi dan Cianjur juga terjangkit. Bahkan mungkin di daerah lain di Jawa Barat juga demikian. Di Cimahi sampai akhir Agustus lalu, masih ada 7 mobil dinas yang dikuasi oleh mantan anggota dewan. Di Cinajur barangkali memang perlu bantuan Satpol PP untuk mengambilnya. Pemerintah kelimpungan menarik mobil dinas karena seringkali ketika petugas mendatangi rumah mantan pejabat itu, mobil tak ada di tempat. Sampai pertengahan Agustus, baru 4 mobil yang bisa ditarik.

Mereka sudah bukan anggota dewan lagi. Jadi tidak layak mendapatkan fasilitas. Bagi mereka yang masih menginginkan fasilitas, bisa jadi karena sedang terjangkit post-power syndrome alias berada dalam suatu keadaan hidup dalam kebesaran bayang - bayang masa lalunya saat masih berkuasa, dan belum dapat menerima realita bahwa kekuasaan telah beralih. Kini mereka kembali menjadi bagian dari rakyat biasa yang kekuasaanya diwakilkan kepada orang lain. Kalau bayang-bayang itu masih ada, maka keinginan untuk terus disanjung dan dihormati secara berlebihan akan terus ada. Dan dan fasilitas mobil dinas dianggap sebagai bagian dari kewibawaan dan kehormatan. Kasihan! Mereka butuh bantuan Anda menemukan jalan yang benar. (Kisdiantoro)
 
Artikel telah dipublikasikan di Tribun Jabar edisi 2 September 2014

Sesungguhnya Bersama Kesulitan ada Kemudahan

AKU tak percaya dengan peristiwa yang menimpa sahabat perempuanku. Tapi itu benar terjadi. Perempuan yang baik, lagi taat kepada suaminya telah disia-siakan. Suaminya telah memutuskan tali penikahan itu dengan cara yang kasar. Sungguh keputusan yang tak bisa diterima akal sehat. Apalagi sudah hadir di tengah mereka seorang bayi laki-laki yang lucu. Sungguh laki-laki itu akan menyesal. Menyesal karena telah berpaling dari perempuan beriman, rajin shalat lagi lembut hatinya.

Sesungguhnya, yang aku tahu, perempuan itu begitu setia. Meyakinkan dirinya bahwa laki-laki itu adalah imamnya. Tahukan engkau lelaki, perempuan shalat lagi beriman lebih lembut hatinya ketimbang perempuan yang meninggalkan shalat. Karenanya, ia akan sangat hormat dengan suaminya.

"Gw tahu Tuhan mengujiku karena aku mampu menjalaninya," kata perempuan itu.

Aku bersyukur karena sahabat perempuanku itu bisa memaknai semua ujian yang menimpanya. Aku yakin peristiwa menyakitkan itu adalah ujian bagi orang shaleh. Berusahalah untuk ikhlas, kaerna sesungguhnya ujian ini menjadi ladang amal yang berlimpah.

Kelak anak lelakimu akan bangga karena kerja keras ibunya. Ia akan tahu bahwa engkau telah merawatnya, mendidiknya dan menjadikan lelaki beriman. Ia akan sayang kepadamu. Maka, tunjukanlah dia dengan banyak kebaikan. Ajari untuk taat dengan Allah. Ajari untuk tidak menyakiti orang lain. Ajari untuk bisa ikhlas. Ajari untuk hormat dengan sesama. Mengapa? Karena Tuhan-mu telah menghadirkan seorang guru dalam bentuk yang lain (sumimu), untuk tidak menyakiti orang lain.

Wai perempuan shaleh, aku hanya ingin mengingatkan, bahwa sesungguhnya bersama kesulitan akan datang kemudahan. Itu janji Allah. Karenanya, aku tak perlu meyakinkanmu, karena engkau adalah perempuan shaleh.

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (Surat Alam Nasyrah 94)

Aku juga ingin mengatakan bahwa sesungguhnya tetesan air mata itu akan berganti dengan seyum segar (sama banget dengan judul blog aku, www.maskisdian.multiply.com), hujan akan berganti terang, terik matahari akan mengeringkan baju yang basah, dan gelapnya malam akan berakhir dengan datangnya pagi.
Kalau saat ini engkau sedang berjalan di jalan yang menanjak, janganlah bersedih, karena sesungguhynya sesudah itu engkau akan menapaki jalan yang menurun. Maka, bersabarlah.

Karena aku ini lemah, aku memohon kepadamu ya Allah, Jangan pernah tinggalkan aku sedetik pun. Jangan pula Engkau serahkan urusan aku kepadaku meski hanya sedetik, meski hanya setitik, karena sesungguhnya hamba ini lemah. Teramat lemah jika bukan karena kekuatan dari-Mu. Allah, semua urusan bermula dari-Mu, kuserahkan semua itu kembali kepada-Mu, karena aku hanyalah hamba-Mu yang tak memiliki daya upaya dan kekuatan apapun.

Pelajaran dari Dua Wanita Pekerja

RABU malam (9/7), dan malam berikutnya aku belajar bagaimana seorang perempuan bisa menangis. Ya, bagaimana menangis. Yang aku tahu, selama ini para perempuan lajang yang curhat ke aku hampir selalu menangis karena masalah petemanan mereka dengan pria. Atau, mereka yang berkeluarga, topiknya tentang suaminya yang mulai bersikap aneh. Aneh? Iya dong, aneh. Suami itu punya kewajiban untuk setia pada istri (selama baik menurut agama). Menjadi aneh, karena suami menjadi setia kepada istri orang atau perempuan lain yang menggodanya. Nah, Rabu malam lalu, perempuan itu tiba-tiba membangunkan aku melalui deringan telepon seluler-ku. Saat itu kelopak mataku sudah setengah menangkup.

Penasaran juga, siapa dia. Aku menekuk punggung lalu menopangkan siku ke lipatan kaki di atas ranjang. So, aku melihat jelas sebuah nama di layar ponselku. Dia perempuan pekerja di media cetak, di Bandung. Asyik juga berteman dengan dia. Ceria dan energik.
"Aku dipindah ke bagian costumer service," kata perempuan itu, sambil menangis.

Lha kok pake nangis. Aku diam, mencoba menerawang jauh ke dalam pikirannya, ganjalan yang menjadikan hujan air mata. Okay, aku bisa menebaknya. Seminggu sebelumnya, ia bercerita tentang kecurigaan bosnya tentang pegawai costumer service. Sang bos, khawatir data pelanggan perusahaan diduplikat karena sang pegawai berpacaran dengan pria yang bekerja di perusahaan kompetitor. Padahal perempuan teman aku itu berteman baik dengan pegawai costumer sevice, Mba Kusumaningtyas. Pertemanan mereka yang baik, membuahkan emosi yang dekat. Sampai-sampai mereka saling bantu, meskipun jatah kerja mereka beda. "Bagus juga, perteman kalian," kataku.

Teman perempuanku, menangis karena ia tahu persis alasan bosnya menukar posisi dengannya. Bukan karena alasan ingin me-refresh kerja atau share kemampuan pada semua karyawan. Tapi karena sebuah kecurigaan. Kataku, yang namanya kecurigaan tidaklah harus terjadi. So (lagi), kalau emang kerjanya baik, beri kesempatan dia untuk berbuat baik. Ini lah sisi lain dunia kerja. Terkadang, sang bos mengada-ada alasan untuk kepentingan mereka sendiri. Dan sang pekerja, tak punya pilihan kecuali harus nurut. Tak sepakat, berarti "mundur."

Malam berikutnya, Kamis (10/9), aku kembali mendengar suara tangisan perempuan melalui ponselku. Suaranya parau. Bisa jadi ia sudah menangis bejam-jam sebelum menelponku. Dia juga seorang wanita pekerja di media cetak. Posisinya sama denganku, penulis harian untuk berita seputar kota. Yang aku tahu, dedikasi dan loyalitas untuk perusahannya sangat baik. Aku bilang begitu karena dua kali berturut-turut perempuan ini dianugrahi penghargaan the best employee of the year. Gak mudah loh untuk dapet predikat itu. Pertama, loyalitas harus baik. Kedua kinerja juga harus baik.

"Aku dimusuhi orang sekantor, gara-gara aku nggak mau nulis yang baik-baik soal calon incumbent. Lha, semua kan harus seimbang. Aku melengkapi beritaku dari panwas, dan ketua KPU, eh mereka malah nggak mau," katanya.

Aku mengulang adegan seperti malam sebelumnya. Diam, dan mencoba menelusuri jejaring masalah yang menimpa teman perempuanku. Dugaanku semakin jelas, kalau para petinggi di kantor dia ada kepentingan dengan pilkada Kota Bandung. Kok tahu? Mudah saja menganalisinya. Secara tidak sengaja aku sering mendengar cerita dari teman-teman kantornya, mereka mengeluh karena tulisnnya sering nggak kepakai atau dipungut pada bagian yang nggak penting banget.

"Percuma saja liputan ini (calon lain, red), paling juga nggak kepakai," kata mereka.

Analilis lain, calon incumbent masuk dalam jajaran pengurus sebuah organisasi yang sama dengan petinggi-petinggi di tempat kerja teman perempuanku itu. Lha, pasti emosi mereka bakal bermain. Menurutmu, teman harus didukung kan? Siapa tahu kecipratan jatah (korupsi). Ini lah pelajaran kedua, perempuan bisa menangis gara-gara idealismenya diberangus oleh orang lain. Dan dia, lagi-lagi tak punya pilihan. Semakin menguatkan kesimpulanku yang pertama, bahwa bos akan mebuat alasan yang nggak penting untuk kepentingan mereka. Ingat, hari kiamat sudah dekat. Kematian tak bisa menyelamatkan harta yang melimpah. Istigfar.....istighfar..... masih ada kesempatan untuk bertobat, maka bertobatlah

Pegawai Negeri

Oleh Kisdiantoro

RIBUAN pegawai honorer kategori 2 (K2) di sejumlah wilayah di Provinsi Jawa Barat, kemarin, berusaha meraih asa menjadi pegawai negeri sipil (PNS). Di Kota Bandung ada sebanyak 2.237 tenaga honorer yang ikut bersaing meraih kursi PNS. Di Kabupaten Bandung ada 4.045 orang yang ikut seleksi. Sementara di Kota Cirebon ada 411 honorer dan di Sumedang ada 3.314 honorer.


Secara nasional berdasarkan data yang ada pada Badan Kepegawaian Negara (BKN) jumlah  tenaga honorer K2 secara keseluruhan per 13 Mei 2013 adalah 559.891 orang, terdiri dari 500.168 orang bekerja di instansi daerah dan 59.723 orang bekerja di instansi pusat. Pemerintah hanya akan mengangkat 30 persen dari jumlah tersebut. Maka akan ada banyak honorer gagal dan mencoba peruntungan di tahun mendatang.
Panitia seleksi tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di sejumlah daerah pun meyakinkan kepada masyarakat bahwa mereka yang akan lolos benar-benar murni karena memenuhi peryaratan dan bisa mengerjakan soal dengan baik, bukan karena titipan pejabat atau orang yang mampu membayar uang dengan nilai yang besar. Penjelasan mereka bisa diterima secara logis karena soal dibuat dari pusat dan pengawas dari pihak yang independen.


Para peserta tes tentu saja berhadap demikian, kecuali merekayang main belakang. Sebab, sebelum tes dilakukan, banyak tersiar kabar miring banyak pegawai honorer peseta tes CPNS siluman, alias secara tiba-tiba masuk dalam daftar peserta tes. Padahal dalam tes kemarin disyarakat tenaga honorer kelompok K2 yang bisa mengikuti tes adalah mereka yang sudah bekerja di bawah tahun 2005, artinya mereka sudah mengabdi minimal hampir delapan tahun. Tapi, di Kabupaten Bandung Barat (KBB) ada tenaga honorer yang kecewa karena banyak honorer baru tiga tahun bekerja namanya sudah muncul di database peserta tes CPNS. Pegawai yang sudah mengabdi sejak 2005 malah tidak tercantum. Selain itu, juga ada pengakuan banyak pihak yang meminta sejumlah uang untuk memuluskan menjadi PNS. Beruntung bagi pegawai yang tak punya uang. Mereka terhindar dari praktik suap dan kalau itu tidak benar, Allah melindunginya dari penipuan. Kabar ini kemudian dibatah Kepala BKD KBB, Wawan Herawan. Ia mengatakan tudingan itu sama sekali tidak benar.


Bagaimana dengan pendataan dan poses seleksi CPNS di tempat lain, seperti Kota Bandung, Sumedang, Kota Cirebon, atau daerah lain? Berita kecurangan belum tersiar. Tapi pada tahun- tahun sebelumnya, cerita kekecewaan peserta tes CPNS selalu muncul. Jika tidak mengeluhkan soal daftar peserta, mereka mengeluhkan telah ditipu karena ada permintaan untuk membayar sejumlah uang.


Masyarakat luas juga berharap proses seleksi CPNS tidak dinodai dengan kecurangan. Jika proses berjalan sewajarnya, jujur dan transparan, maka mereka yang nantinya mejadi pelayan masyarakat akan benar-benar melayani masyarakat. Semisal Anda yang lolos seleksi dan menjadi seorang pendidik, maka Anda akan mengabdi ke masyarakat dengan mendidik dan membimbing murid-murid yang juga bagian dari masyarakat.
Anda lolos menjadi PNS di kantor perizinan, maka Anda akan mengabdi dengan penuh tanggungjawab dan tidak mempersulit izin hanya gara-gara tak mendapatkan tips. Anda yang menjadi PNS di rumah sakit, maka Anda akan memberikan pelayanan terbaik kepada para pasien. Anda tidak akan berkeras hati meminta keluarga pasien miskin yang surat-surat keterangan miskinnya kurang selembar untuk pulang, sementara pasien napasnya tersenggal- senggal dan hampir mati, tetap harus menunggu.


Karena Anda lolos dengan cara yang jujur dan tidak karena menyuap atau koneksi, maka Anda akan memberikan kemampuan terbaik dalam menjalankan tugas. Anda juga akan menghargai masyarakat dengan tulus karena merekalah yang menggaji Anda dengan uang pajak yang dibayarkan ke pemerintah. Bukan sebaliknya, merasa menjadi tuan dan berharap pujian dari masyarakat. Ingat, pekerjaan yang nanti akan Anda kerjakan adalah amanah. Dan setiap amanah akan dipertanggungjawabkan. (*)


4 November 2013

Wednesday, March 26, 2014

Kaki Buntung Palsu

Kisdiantoro

APA yang akan kita lakukan jika satu atau sepasang kaki yang kita miliki terluka atau terserang penyakit? Sebagai manusia normal dengan otak yang waras, tentu kita akan mengobatainya. Segala upaya akan kita lakukan, bahkan jika memungkinkan akan mencari pengobatan hingga ke luar negeri. Tujuannya, selain mendapatkan kesembuahan, kita menginginkan kondisi kaki akan pulih sempurna, tanpa cacat. Itulah upaya kita menjaga pemberian Tuhan yang kenikmatannya tak ternilai dengan uang. Bahkan uang para koruptor Indonesia jika dikumpulkan hingga berjumlah triliunan rupiah pun tak akan sebanding dengan fungsi sepasang kaki yang kita miliki.

Kita pasti masih ingat kecelakaan mobil yang menimpa anak ketiga musisi Ahmad Dhani, Ahmad Abdul Qodir Jaelani alias Dul, yang menewaskan enam orang. Dia sendiri mengalami patah kaki sebelah kanan. Apa yang dilakukan Dhani? Ia langsung membawa anak bungsunya ke RS Pondok Indah, Jaksel, untuk mendapatkan perawatan. Bahkan pada kesempatan berikutnya, ia merencanakan mencari pengobatan di Singapura agar kaki Dul segera pulih. Biayanya pasti akan mahal. Tapi Dhani akan melakukan itu demi kembalinya kaki Dul seperti ketika Tuhan menciptakannya.

Akhir pekan lalu, di Tangerang ada Asman (40), yang tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya ketika mendapatkan bantuan kaki palsu. Lanju kereta api telah menggilas kakinya dan mengakibakan ia cacat. Harga kaki palsu kisaran Rp 9 juta hingga Rp 15 juta. Harga yang mahal bagi masyarakat miskin. Meski telah mendapatkan kaki palsu, tetap saja tidak sebagus kaki pemberian Tuhan.


Anehnya, di Kota Bandung dan mungkin juga tempat lain, ada sebagin orang yang meledek kebesaran Tuhan dengan membuat kaki yang sempurna itu menjadi seolah cacat dan buntung. Mereka melakukan itu untuk mendapatkan belas kasihan orang-orang yang melintas di jalanan. Orang akan merasa iba dan menjatuhan keping atau lembaran uang. Usia para pengemis itu umumnya masih muda dengan tenaga yang kuat.

Buktinya, ketika Wali Kota Bandung Ridwan Kamil hendak bertanya penyebab kaki menjadi buntung, pengemis itu lari sekuat tenaga menghindari razia. Ridwan menjumpainya di lampu merah di perempatan Cibaduyut.

"Selama ini kakinya hanya dilipat tidak cacat. Bahkan saat akan dibawa, dia lari kencang hingga tak terkejar," ujar Emil di sela acara kunjungan ke Jalan Leuwipanjang, Selasa (3/12/2013). Usia orang itu sekitar 20 tahunan.

Menjadi pengemis memang tidak berdosa, tapi termasuk kelompok perkerjaan hina. Bahkan dalam agama Islam, Rasul Muhammad menggambarkan pengemis adalah manusia yang tak memiliki sekerat daging pun di wajahnya ketika menghadap Tuhan pada hari kiamat karena pekerjaannya yang mengemis kepada manusia (HR. Bukhari dan Muslim). Muhammad juga mengatakan, sesorang yang mengikat kayu bakar di punggungnya, lalu menjualnya, itu lebih baik daripada mengemis. Artinya, kita diajarkan untuk produktif dengan kondisi fisik sempurna maupun cacat.

Berpura-pura buntung berarti mengingkari karunia Tuhan. Tuhan bisa saja mengabulkan keinginan mereka memiliki kaki buntung. Cara mereka ngesot dengan kaki dilipat di sela para pengendara sepeda motor dan mobil, sangat rentan mengalami kecelakaan, semisal terlindas ban kedaraan. Jika itu terjadi, kepura-puraan itu akan menjadi nyata. Penyesalan pun menjadi tidak bermakna.

Menghapus mereka dari jalanan memang tidak mudah. Upaya Wali Kota yang hendak menciptakan Bandung bersih dari pengemis perlu dukungan masyarakat. Caranya? Mengikuti imbauan pemerintah untuk tidak bersedekah di jalanan. Pemerintah perlu segera merampungkan rencana pembangunan Pusat Kesejahteraan Sosial (Puskesos) agar mereka bisa segera tertangani dengan pemberian pelatihan setelah tertangkap razia. Setelah diwisuda, mereka memiliki mental yang baik untuk meninggalkan profesinya sebagai pengemis, termasuk insyaf menipu masyarakat dengan berpura-pura kakinya buntung. Semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur. (*)


Bandung, 4 Desember 2013

Denda atau Penjara!

* Pilihan untuk Pembuang Sampah Sembarangan
Oleh Kisdiantoro

DUA KANTONG sampah ramah lingkungan yang menggantung pada sebilah besi yang ditanam ke tanah sudah merata di semua wilayah Kota Bandung, tentu saja termasuk wilayah di dekat rumah Anda. Hanya saja, ada warga yang memanfaatkannya dengan cara yang salah. Mereka tidak lagi melihat petunjuk di kantong plastik untuk membedakan jenis sampahnya, organik dan nonorganik. Jika satu kantong sudah penuh, masyarakat tidak cepat menggantinya, tapi malah mengisi kantong yang lain dengan jenis sampah tidak dipilah, akhirnya sampah pun bercampur, organik dan nonorganik jadi satu.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil meluncurkan proyek kantong sampah ramah lingkungan ini untuk memudahkan warga membuang sampah. Lalu, kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat tidak lagi dilakukan. Tentu dengan tetap didukung dengan pengelolaan sampah yang lain, baik komposting, maupun cara biasa, ada petugas sampah yang mengangkut di titik-titik pembungan sampah yang legal.

Program Emil, demikian Wali Kota Bandung biasa disapa, rupanya belum sepenuhnya diterima warganya. Di beberapa badan jalan di Kota Bandung banyak ditemui tumpukan sampah. Contohnya di seperti terlihat di Jalan Ahmad Yani (Tribun Jabar, Jumat (31/1)). Kebiasaan buruk masyarakat ini sangat mudah menular ke kelompok masyarakat yang lain. Semisal, di tempat lain ada satu atau dua orang yang membuang sampah di tepi jalan, maka tak berselang lama akan dikuti oleh orang lain. Menggununglah sampah di tepi jalan.

Melihat pemandangan tak sedap, Emil kemudian meminta PD Kebersihan mengangkut sampah hingga bersih. Tapi, cara ini hanya menyelesaikan sementara jika tidak dibarengi dengan kesadaran masyarakat soal kebersihan lingkungan. Mengandalkan kampanye dan sosialisasi hidup sehat ternyata belum efektif. Buktinya, Direktur PD Kebersihan Kota Bandung Cece Iskandar mengeluhkannya. Dia mengatakan sudah sering melakukan sosialisasi hidup bersih dan dampak buruk membuang sampah sembarangan, tapi tidak digubris.
 
Untuk mereka yang bandel dan menutup telinga imbauan tidak mengotori Bandung, Emil bisa menggunakan Peraturan Daearah (Perda) Kota Bandung No 11 tahun 2005 tentang penyelenggaraan ketertiban, kebersihan, dan keindahan (K3). Sanksi tegas sebagimana diterapkan untuk para PKL dan pembelinya yang didenda maksimal Rp 1 juta, bakal bikin masyarakat mikir berulang-ulang untuk melanggar.

Demikian dengan masalah sampah. Dalam Perda K3, juga ada pasal yang mengatur soal sampah. Disebutkan, orang yang membuang sampah sembarangan, tidak pada tempatnya, akan didenda Rp 250 ribu atau penjara tiga bulan. Masa sosialisasi seharusnya sudah sangat cukup karena usia Perda K3 itu sudah 8 tahun. Jika memang dinilai belum efektif dalam sosialisasi, Emil bisa kembali mengaktualkan. Sama seperti tindakan tegas untuk PKL dan pembelinya, Emil bisa memasang baliho berukuran besar di sejumlah titik yang terbaca oleh masyarakat bahwa membuang sampah sembarangan akan didenda atau dipenjara. Upaya ini mungkin akan menuai banyak kirtik, terutama mereka yang ingin melanggengkan sampah di jalanan. Tapi, pemerintah tetap harus tegas. Denda Rp 250 terlalu ringan? Pemerintah bisa mengajukan revisi Perda K3 dan menaikan denda, semisal Rp 5 juta.

Upaya untuk mendukung Perda K3, relawan yang selama ini membantu Emil, bisa digerakkan untuk melakukan sosialisasi. Satpol PP sebagai penegak Perda, bisa langsung turun ke jalanan, mengamati, menangkap, dan mencatat setiap orang yang membuang sampah sembarangan dan mengotori Kota Bandung. Jika ini dilakukan, Kota Bandung akan memiliki wibawa dan ditaati setiap program yang digulirkan. Masyarakat perlu didik untuk disiplin, tatat peraturan, dan mengharagai orang lain. Tindakan tegas dan teladan pemimpin perlahan akan menyadarkan masyarakat bahwa untuk lingkungan yang sehat perlu keterlibatan masyarakat. (*)

Bandung, 31 Januari 2014