Friday, April 18, 2008

Memetik Buah dari Sedekah Cinta

Cinta sungguh luas dan dalam maknanya. Sunan Bonang, salah seorang Wali Sanga, mengingatkan kerusakan di dunia akan merajalela bila cinta lenyap. Penjabaran ini menunjukkan cinta identik dengan iman.

Sunan Bonang, dalam Suluk Wujil, membeberkan sederet makna cinta terdalam. "Jadikan dirimu cinta, agar dapat memandang dunia dengan terang.../Kerusakan di dunia ini muncul karena amal perbuatanmu dan karena tiadanya cinta/ Yang harus dimiliki ialah yang tak dapat hancur/Yakni cinta dan makrifat, pengetahuan sempurna."

Cinta pun identik dengan hati ikhlas, tidak rakus dengan dunia, lebih memiliki kepekaan dalam menyerap pelajaraan ilmu batin. Orang yang berhati ikhlas lebih mudah memusatkan konsentrasinya pada satu titik tujuan, yaitu persoalan yang dihadapinya.

Penelitian tim University of Columbia dan Harvard Business School, AS, yang diumumkan Kamis, 20 Maret 2008, memberikan petunjuk lain. Dengan membelanjakan paling kecil 5 dolar AS (lebih kurang Rp 45 ribu) tiap hari untuk orang lain, seseorang dapat meningkatkan kebahagiaannya secara berarti.

Diana Ekarini (36) adalah salah seorang yang mendalami makna cinta tersebut. Ia menemukannya setelah menghayati sedalam-dalamnya nasib yang sedang dialaminya. Ia kemudian membagikannya kepada semua orang lewat bukunya, Menggapai Makna Meraih Kebahagiaan dengan Sedekah Cinta. Buku ini laris manis.

Sabtu (12/4), ia pun berbagi pengalamannya dengan jemaah majelis taklim Salman di Mesjid Salman ITB, Bandung. Ternyata, cukup panjang dan berliku jalan yang dilalui Diana, sapaan akrabnya, untuk menemukan hakikat makna cinta itu.

Cobaan amat berat mulai menerpa Diana pada 2005. Putra pertamanya, Abiyu Nurhakim (9), divonis dokter menderita radang selaput sendi. Berbagai pengobatan pun dilakukan. Belum juga sembuh, pada November 2006 penyakit Abi, panggilan akrab anaknya, kambuh.

Diana membawa Abi ke laboratorum di RS Hasan Sadikin untuk menjalani pemeriksaan. Hasilnya, Abi menderita leukemia. Langit seolah runtuh. Berbagai pertanyaan muncul di hati Diana. Mengapa Tuhan memberi Abi cobaan teramat berat?

"Mata saya lalu berkunang-kunang. Malah dokter sudah menyiapkan dua perawat untuk menjaga saya. Saya tak tahu harus berbuat apa. Yang saya tahu, saya harus tenang," tutur Diana kepada Tribun seusai berbagi pengalamannya di Mesjid Salman.

Tak ada pilihan lain kecuali melakukan kemoterapi. Namun, keputusan itu tak mudah. Selain perlu biaya besar, kemoterapi tak boleh terputus selangkah pun. Hal lain adalah mitos-mitos menyeramkan yang muncul selama menjalani kemoterapi.

Pada saat bersamaan, Diana mendengar seorang pasien serupa meninggal setelah dirawat di Singapura. Padahal biaya perawatannya sudah mencapai Rp 4 miliar. Cobaan lain yang menyesakkan hati bagi Diana adalah kondisi sang suami, Muhammad Ihsan.

Pria ramah ini sedang menjalani perawatan penyakit jantung di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta. Diana tak bisa bergantung pada suaminya yang juga sedang sakit. Terpikirkan olehnya untuk menjual rumah dan mobil.

Di tengah kesulitan itu, Diana memutuskan untuk melakukan terapi sedekah. Ia kemudian berkonsultasi wisata hati ke Ustad Yusuf Mansur.

"Hati saya seperti disentil. Saya punya dua rumah dan mobil, apakah semua itu sudah disedekahi? Sebab, di dalamnya ada hak orang lain. Saya pikir, sedekah saya masih kurang," kata Diana.

Mulailah ia rajin bersedekah. Sekadar ingin berbagi pengalaman dan tidak untuk riya, Diana mengatakan saat itu ia bersedekah uang satu juta rupiah. Atas kehendak Allah, keesokan harinya uang tabungan di rekeningnya bertambah Rp 10 juta.

Rupanya, teman lama di luar negeri tergerak ingin membantunya. Contoh lain saat ia menjual perhiasan untuk biaya perjalanan ke Jakarta, menjalani perawatan suaminya. Sebagian uangnya ia sedekahkan kepada ibunya.

Saat ia hendak berangkat, seorang teman memberinya sebuah amplop. Tenyata berisi uang. Seolah rezeki terus mengalir, mulai dari keluarganya, sahabat, orang tua, teman sekolah Abi, dan kemudahan-kemudahan lain selama menjalani kemoterapi di RSHS.

"Keyakinan bersedekah itu harus dicari. Maksudnya, kalau kita berpikir positif maka hasilnya juga positif. Saya tahu bahwa bersedekah baik menurut agama, dan hasilnya dari Allah," kata Diana, yang tinggal bersama keluarganya di Jalan Jatiwangi Raya 25, Antapani, Bandung.

Dr Ir Ahmad Nasution, yang juga menjadi narasumber acara itu, mengatakan, kalau seseorang berpikir positif sekarang, hasil yang akan datang pun positif. Kesembuhan sebuah penyakit karena obat, tapi Allah tak pernah menyebutkan jenis obatnya.

"Tak terpikirkan oleh kita bahwa obat itu adalah ucapan, perbuatan, dan berpikir positif," katanya.

Diana sangat merasakan efek dari terapi sedekah cinta. Putranya, Abi, tak banyak mengeluh selama menjalani kemoterapi.

Rambutnya tidak rontok dan tak merasakan sakit saat disuntik. Setelah menjalani kemoterapi lebih dari setahun, kini Abi melakukan kemoterapi dua bulan sekali.

"Saya bersyukur karena banyak diberi kemudahan. Rumah saya tak jadi dijual. Saya selalu dicukupkan, tiap pagi Abi tersenyum dan saya bahagia," tutur Diana.(*)

No comments: