Monday, April 7, 2008

Icha dan Keihlasan Cintanya....


RABU (19/3). Malam masih bermain-main dengan tetesan air hujan. Derasnya semakin terasa ketika tubuh ini berdiri di atas tanah lapang. Sang dingin pun seolah mendapat restu untuk menguliti setiap tubuh di luaran sana. Aku memutuskan untuk duduk di bangku panjang beberapa meter dari pos satpam sebuah penerbitan koran di Kota Bandung. Tentu karena aku tak mau bermandikan air hujan. Belum lagi sudah dua hari ini badanku meriang. Batuk juga mulai ikut-ikutan menyiksaku saat udara dingin datang.

Icha ada di sana. Sebelum aku memutuskan duduk di bangku itu, aku merasa ada yang berubah dalam sikap Icha. Berubah karena ia tak menyapaku dengan riang. Malah dia acuh dengan kehadiranku di sampingnya.

Aku mengenal Icha sebagai perempuan muda yang tangguh, cekatan dan cepat akrab. Pantas saja kalau setiap ada kegiatan di kantor, ia selalu diikutkan dalam kepanitian. Kalau tidak jadi MC (Master of Ceremony), dia akan diminta sebagai penjemput tamu. Selain karena alasan ia berparas cantik, tentu karena sangat ramah. Icha yang ramah dan murah senyum, sudah pasti ia memiliki banyak teman. Semua karyawan di tempat kerjanya saya yakin mengenalnya.
Malam itu, aku tak melihat Icha yang aku kenal. Ia menekuk wajahnya. Muram dan sedikit seyum. Bicaranya pun tak banyak. Saat menyapaku dengan senyum, aku menangkapnya sebagai sebuah keterpaksaan. Hanya sekadar melempar hormat kepada orang-orang yang dikenalnya. Bicaranya juga tak banyak.

Dengan suara pelan aku mengajaknya berbicara.
“Cha, kok diam, lesu gini. Apa lagi sakit? Atau lagi ada yang dipikir?”
Icha lama tak menjawab. Mungkin ia ingin menumpahkan beban berat di kepalanya. Namun masih ragu.
Keheningan pecah dengan sebuah pertanyaan yang nggak nyambung, dengan pertanyaanku yang tak mendapat jawaban.
“Aa, kapan mau menikah?”
“Doakan saja secepatnya.”
Aku kemudian bertanya balik dengan pertanyaan serupa.
“Kalau Icha kapan nikahnya?”
“Doakan saja secepatnya.”

Jawabannya menandakan kalau Icha sudah menjalin hubungan serius dengan seorang pria. Tapi, selama ini aku tak pernah mengerti, pria mana yang telah mengikat hatinya. Yang aku tahu, ia pernah berhubungan dengan sahabatku. Namun usianya tak panjang. Sahabatku memilih menikahi perempuan lain. Icha tak menganggapnya sebagai sebuah tragedy. Buktinya, sampai saat ini mereka masih menyapa bahkan suka guyon.

“Cowomu orang mana?”
“Cowoku orang Jakarta, tapi dia sudah almarhum.”
“Dia sakit tumor otak.”

Pertanyaanku, mengapa Icha sekarang lebih banyak diam dan sedikit senyum, mulai terjawab. Tak mudah melepas kepergian orang yang sangat dekat. Apalagi, selama ini telah mengukir pesan cinta di dalam hati. Sungguh sebuah perpisahan yang tak mudah.

Icha mulai banyak bercerita. Ia memulainya dengan sebuah kisah, 40 hari sebelum kematian pacarnya, Fajar Raditya Maulana. Saat itu, pacarnya datang ke Bandung mengendarai sepeda motor Thunder. Sebuah perjalanan yang jarang dilakukan. Biasanya, pacarnya datang menggunakan transportasi umum, kereta api atau bus. Tapi kali ini ia memilih mengendarai sepeda motor. Mereka lantas pergi ke sebuah tempat rekreasi di wilayah Ciwiday, Kabupaten Bandung. Tempat itu dikenal masyarakat dengan sebutan Kawah Putih. Sebuah objek wisata alam yang sangat mengesankan. Kawah yang menyerupai danau kecil dibingkai dengan butiran-butiran pasir putih. Bebatuan di tepian kawah menambah keelokan tempat itu. Pohon-pohon berbadan besar berdiri tegak di sekelilingnya. Pantas lah sekiranya, Icha dan kekasihnya kemudian tertarik untuk menghabiskan waktunya di sana.

Aku bisa membayangkan bagaimana kenangan di Kawah Putih itu masih menggelayut di kepalanya.
Cerita lain yang juga sulit lenyap dari pikirannya adalah ketika sang kekasih tiba-tiba berhasrat untuk mengaji. Padahal, sebelumnya ia lebih suka menyenandungkan lirik lagu yang berkisah tentang cinta abadi.
“Neng Aa mau ngaji ya. Dengerin!”
“Iya, neng dengerin kok.”
Raditya kemudian melafalkan suratan pendek dalam Al Quran. Meskipun tak begitu bagus, tapi ia hafal. Sebuah perubahan yang amat luar biasa. Mungkin karena Raditya ingin menunjukkan kesungguhannya sebagai seorang pria yang akan menjadi suami yang baik, kelak.
Di saat semua rencana pernikahan berjalan baik, Tuhan memberikan ujian berat kepada mereka. Raditya merasakan sakit yang hebat di kepala. Ia pun lantas dilarikan ke rumah sakit di Jakarta.

Icha berkorban demi kesmebuah sang kekasih. Setiap Sabtu sore, ia pergi ke Jakarta. Lalu menemani Raditya menjalani perawatan. Meskipun Raditya tak akan banyak bercerita kepadanya, Icha tetap setia berada di sampingnya. Icha bisa menerjemahkan setiap gerak jari dan nafas yang keluar dari dalam tubuh Raditya yang terbaring tak sadarkan diri. Icha tahu kalau kekasihnya yang tak sadarkan diri sedang berjuang memenuhi janjinya, menjadi suami yang baik baginya, kelak.

Icha menghentikan kisahnya. Tangan kanannya dimasukan ke dalam tas. Sebuah handphone sudah ada di tangan. Ia menunjukkan rekaman-rekaman gambar saat hari-hari terkahir menjelang kematian Raditya.

Video pertama, merekam suasana saat Icha berpamitan pulang ke Bandung karena ia harus bekerja.
“Aa, Icha pulang dulu ya.”
Raditya menjawab dengan kalimat yang tak jelas. Lalu Icha menuntunnya untuk berbicara pelan.
“Icha pulang dulu ya. Sok Aa mau ngomong apa, pelan-pelan saja.”
Raditya tetap saja membalas dengan kalimat yang tak jelas. Tapi, Icha tahu kalau kekasihnya menginginkan ia tetap berada di sampingnya. Icha kemudian berjanji akan datang lagi pada Sabtu mendatang.

Rekaman film pertama berkahir. Tanpa melihat ke layar hendphone, Icha memutar video yang lain. Di video yang kedua, menceritakan peristiwa di saat Raditya berjuang menahan rasa sakit setelah menjalani operasi tumor otaknya. Badannya terus begetar. Ekpresi matanya yang membuka dan menutup menunjukan ia sedang melawan rasa sakit yang begitu hebat. Lalu, ibunya yang mengenakan pakaian warna putih datang memberinya semangat untuk terus berjuang dan menerima ujian Tuhan dengan kesabaran.

Setelah menunjukkan peristiwa yang terakhir, Icha kembali menekuk mukanya. Arimatanya hampir tumpah. Ia diam. Menata hatinya untuk tidak larut dalam kesedihan. Ia kembali menceritakan saat kematian itu menjemput Raditya.

Saat Tuhan meminta Raditya meninggalkan dunia, Icha sedang berada di Bandung. Malam sebelum kematin, Icha berdoa untuk kesembuhan Raditya. Malam itu, Icha melihat sesosok pria yang menyerupai Raditya hadir saat ia sedang berdoa. Pria itu tersenyum. Tapi tak mengatakan apa-apa. Icha menceritakan peristiwa itu kepada keluarganya. Mereka menggap Icha sedang kecapaian dan berhalusinasi. Tapi Icha yakin bahwa itu adalah sebuah pertemuan, meskipun tanpa dialog. Sebuah perjumpaan terkahir sebelum kekasihnya menghadap Yang kuasa.

Paginya, orangtua Raditya mengabarkan kalau putranya telah menghadap Yang kuasa untuk selamanya. Icha menghela nafas panjang, berusaha tegar menerima suratan Tuhan. Namun, airmata itu tetap saja tumpah.
“Malam itu, mungkin ia ingin berpamitan sama Icha.”
“Icha nyusul ke Jakarta, begitu banyak orang yang datang mendoakan dia. Yach..semoga Tuhan menempatkan dia di tempat yang sebaik-baiknya.”

Icha memberiku kesempatan untuk berbicara. Aku berusaha membesarkan hatinya. Kataku, keamatin adalah sepenuhnya hak Tuhan. Dan kematian akan mendatangi setiap orang tanpa melihat ia adalah orang baik atau orang jahat. Beruntunglah menjadi orang baik. Karena, kepergiannya akan dirindukan banyak orang. Dan Raditya adalah pria baik yang sungguh-sungguh berniat membahagiakan Icha, kelak, dalam sebuah kelurga yang sakinah. Karena kematian adalah kuasa Tuhan, maka, satu hal yang tak boleh dilupakan, kita tak boleh larut dalam kesedihan. Sebab kehidupan masih akan terus berjalan, maka kesedihan tidak lah seharusnya merusak rutinitas lain. Pekerjaan tetap lah dikerjakan dengan baik. Persahabatan tetap lah hangat. Senyum dan sapaan tetap lah mengalir. Tahukan engkau, Tuhan sangat suka dengan orang-orang yang sabar dan berserah diri (tawakal). Karena, ada banyak pelajaran di balik ujian Tuhan.

“Doakan saja mas.”

Icha berjanji akan menjadi dirinya sendiri. Icha yang aku kenal sebagai perempuan yang periang dan murah senyum.
Langit gelap tetap saja menumbuk bumi dengn butiran air hujan. Padahal kami sudah dua jam menyandarkan tubuh di bangku panjang dekat pos satpam. Hawa dingin pun semakin tak memberi ampun. Rasa gatal ditenggorokanku mengusik sang batuk dan membetot kerongkonganku berulang-ulang.

Angkutan kota juruan Jalan Muhammad Toha berhenti tepat di seberang Jalan Malabar di depan kantor penerbitan koran lokal di Kota Bandung. Icha memaksa untuk pulang. Aku pun demikian. Biarkan hujan menghapus jejak kesedihan dan pagi yang cerah menggantinya dengan suka cita. Amin…….

24 comments:

Rissa_icha said...

waduhhhh terhari skali aku membacanya..... duh jadi bahan cerita neh.tp gpp cha seneng bngt... cmn dikit mu ralat nama alm bukan deny tapi "Fajar Raditya Maulana" dipanggil Radit...hehehe.... doakan saja aku ya mas toro & doakan dy jg smoga diberikan tempat yg terbaik untuknya.amin.......

tigin ginulur said...

ditunggu cerita selanjutnya... :)

Ibenk Sablenk said...

Salam 212 untuk kang Kisdian..Gaya Tulisannya bagus Kang..seperti org yg udah nelorin beberapa novel....jg2 iya ya ?.....ebaad..!!..salut..!!

ikut nambah doa untuk seorang sobat bernama Fajar Raditya Maulana AKA BuDuth.


Semoga Alm di terima di sisi Gusti Nu Maha Suci.

Untuk Saudari Icha...Untuk Saudari Icha....Untuk Saudari Icha.....kapan atuh kita nonton teh ??....hihihihihihi..!! ( semoga Icha ikhlas dan menemukan hikmah dari semuah inih...untuk wanita baik..Yang Di Atas akan menyediakan Lelaki baik pula!)


w/salam

DieRa said...

Haruu...Biruu....
Cukup membangkitkan memory yang tadinya telah ku simpan di sudut kanan kedua dari bawah relung hatiku sebagai teman yang kukenal walau gk begitu dekat tapi begitu baik... (memang orang baik begitu dirindukan kehadirannya oleh sang Khalik...). ***semoga kau selalu dalam pelukkanNYA...kawan !!!***.

Begitu juga dengan pemeran utama di kisah di atas..(akhirnya jadi artis (seleb) juga non !!!) yang saya dg dia kenal dekat tp mgkin blm baik (krn saya "mungkin" pernah menoreh kesalahan pada hidupnya).. dan ttg icha memang benar... adanya orang yg ceria dan supel...tabah dan punya semangat hidup wlpun terkadang mengeluh, tp itu MANUSIAWI !!!

tapi terlepas dari semua itu..kisah diatas sangat hidup dan salut untuk penulisnya... Thanxs..

Dee said...

nyesek pisan, arrrrrrrgggggggggggghhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh


Brow... kangen gwe
kapan ke bandung lagi, kt futsal, lari k sabuga, nyanyi2, jalan2, kapan ke Depok bareng k tempat Deni lg, kapan bisa nganter gw ketemu Osha, kapan mu crita2 lagi n nginep d kosan gw

pasti lo lg bahagia d sana
senyuman d mimpi kemaren cukup menenangkan hati dan ngobatin kangen gw...

kisah lo bakal d inget smua orang yg pernah deket.

untuk sahabatku, saudaraku
Fajar Raditya Maulana

bismillaahirohmaanirohiim,
Ya Allah,
terimalah semua amal ibadah shabatku Fajar Raditya Maulana,
hapuskanlah segala dosa-dosa nya, tempatkan Ia di tempat yang paling mulia dan paling sempurna.
Amin...

makasih buat kang Kisdian yang telah mempublikasikan crita ini. smoga kisah ini abadi dan terus d kenang smuanya.

Kakang prabu said...

terakhir cerita ini juga aku tau dari icha juga n aku salut ma icha dengan pengorbanan nya n kasih sayang ma dia jujur aku salut ma icha btw itu jangan di jadikan akhir cerita dari icha jadikan itu lembaran hidup icha who knows maybe he will getting better person n sayang nya dia ma icha seperti sayang nya alm ma icha aku mendoakan yang terbaik buat icha n his life 2 From bogirsen.web.id

Rissa_icha said...

duh duh maz toro....
bneran ikhhh cha ngerasa seneng campur sedih deh....
bwt yg dah kasi comment tentang cerita akyu yg dibuat ma mas toro makasih ya....
hwaaaaaa.......

abhey said...

No comment. ga bisa ngomong apa2 ... Bwt icha, yg sabar ya neng,, doain aja dia damai di sisi Allah SWT,, Amin...

aku kasih soundtrack ya blognYa
"kerispatih - mengenangmu"

Neng Bapaw tetep Narisz kan..!!!

Anonymous said...

HaRru HarRu HaRru.. Ya Memank HaRru Jika Mendengar Dan MeLihat Kisah cnTa Tew cha... Ya Tapi Ntu sEbagian KeciL daRi Lukisan IdUp Tew cha..KeHilangan Sosok a BUduth MmBwaT haTi anCr dan Tcabik2.. Tpi iGt tew smWa neHh yG mUsTi Tew cHa Jalanin n LewaTinn...
Te2P sabaR n Tegar waT jaLanin iduP kE dePannYUa..
Te2pLah BeriKan Doa Pd aLm A BuduTh.. cOz dia haUs akan Doa nTu.. dOa sLalU di Bthkan.. Jgn Lelah Tuk bDoa...

N waT mas Toro..mas.. Te2p Berikan duKungan wat Tew cHa.. n Qt sama2 beRikan Doa waT aLm a bUduTh yua.. Yar aLm Tenang .. Tenang.. huhf

eardi said...

Faith could separate a love, but a true love will never be apart by anythings even a faith.

But, dont forget that we'll never know how many times we find true love in our live.

I'm sure Icha will soon found her new true love...so..live must go on...live is to beautifull to moan for...

Dicky F DJ said...

LUAR biasa! Haru-ku untuk-mu, doa-ku untuk-nya. Bila Cinta berbicara, gundah gulana di jiwa manusia. Begitupun bila Cinta itu terdiam, resah gelisah di hati manusia. Lantas harus bagaimanakah Cinta? Sabar, ikhlas, dan tawakal. Itu saja! Cinta tak bisa dimiliki. Cinta tak bisa memiliki. Karena Cinta tak membutuhkan kita. Cinta sudah merasa puas dengan dirinya.

dicky f dj
www.kelascintadicky.blogspot.com

okem said...

weleh2 ceritanye bikin bulu kuduk merinding. untuk penulisnya bikin cerita2 lainnya jng cuma bulu kuduk aja yg merinding, tapi bulu2 lainnya ikut merinding juga. hhehehehe
untuk icha, dengan adanya kejadian ini biar tambah kuat dan tabah untuk menjalani hidup ini. "JALAN KAMU MASIH PANJANG" sukses slalu untuk icha & penulisnya. dan satu lg untuk teman & sahabatku " Fajar Raditya Maulana" smoga Engkau ditrima di sisi Allah SWT. AMIN

geeree said...

Ya Allah tragis pisssaaaan,,,,smoga dijauhkan dr senjata tajam & gedung tinggi, bisi bunuh diri ya Allah...,Didoakeun biar dapat gantinya yg lebih dr akang...akang saha bieu teh hehehe...Amien

ajus slank said...

Haru...benar-benar terharu setelah aku membaca ceritanya. Aku nyaris menitikkan air mata....hiks..hikss
Aku kenal baik sm icha, bahkan cukup dekat, dan penulisnya (top man), aku ikut merasakan kesedihan yang dirasakan icha. aku ga bisa ngebayangin bagaimana kalo aku jadi Icha. Kehilangan orang yang dicintai,,,
Selama ini Icha ga pernah cerita (Icha cuma pernah nulis nama Raditya di YM-nya plus foto2na di Kawah)..
Yang aku bisa bilang sekarang, semoga Icha tabah dan kembali tersenyum. Karena senyumnya begitu indah
Cinta memang tak selamanya indah Cinta memang kadang kejam setajam pedang yang bisa mengiris hati setiap orang
tapi yakinlah, cinta pula yang kembali membuat icha hidup lagi
semoga icha segera menemukan cinta sejati. Amin

This Song by Kerispatih
(Bukan bermaksud membangkitkan kesedihan, tapi untuk mengenang cinta sejati Icha)

---
Tak kan pernah habis
Airmataku
Bila ku ingat
Tentang dirimu

Mungkin hanya
Kau yang tahu
Mengapa sampai saat ini
Ku masih sendiri

Adakah di sana
Kau rindu padaku
Meski kita kini ada
Di dunia berbeda

Bila masih mungkin
Waktu kuputar
Kan kutunggu
Dirimu

Biarlah ku simpan
Sampai nanti aku
Kan ada di sana
Tenanglah dirimu

Dalam kedamaian
Ingatlah cintaku
Kau tak terlihat lagi
Namun cintamu abadi

Unknown said...

Oh, oh, oh, cerita yang sangat mengharukan. Salut buat penulisnya, juga salut buat pelakonnya. Cha, ternyata itu toh yang bikin kamu sering termenung, dan seperti kehilangan keramahan?

Ok deh Cha, tomorrow will be better!!

kiki said...

great story,, mudah2an yg nulis dapat order publishing deh hehhe,, buat icha tabah ya,, semoga amal ibadah fajar diterima di sisi NYa,, dan jgn sedih terus,, km bakal dapat belahan hatimu di dunia ini,, tunggu saja..

vektoretro said...

kang, asli keren bgt !!! gw ga tau musti comment apa??
buat icha tetep semangat ya!! "i hope icha can able to endure"

ThEmBoX said...

Ceritanya drama romantis bgt, mungkin klo di bikin film di hollywood bisa jd box office dunia kaya film DYING YOUNG(Julia Robert).
Tidak mudah melupakan seseorang yg pernak kita sayangi, tp hidup adalah perjalanan.... THE SHOW MUST GO ON

Unknown said...

buat icha,,
aku pertama kali liat icha,,ih manis banget,,riang,,
dikenalin,n dikasih tau ini pacarnya alm Fajar,,aku kaget, icha ga nunjukin kl dya lagi sedih,,
aku yakin icha emang orang yang tegar,,
yang tabah ya cha,,Fajar dipanggil Allah, karena Allah sayang Fajar,,

kcorp said...

Kisah hidup yang luar biasa & menginspirasi. Tapi live must go on Cha, dan temukan hidup yang indah disana, jalanmu masih panjang. Jujur ini mengispirasi aku akan keindahan cinta yang mungkin selama ini terasa kering dihati, bahwa ada cinta yang tulus & putih. Kisah ini menjadi telaga ditengah kemarau. Ca yoo .. neng .. Kang Toro, hebat uey cara penulisannya .. salam kenal ..

Aku hidup tapi mati... said...

Hidup adalah pilihan...

Roman Putih said...
This comment has been removed by the author.
Roman Putih said...

Oh mengapa mayamu begitu menggoda relung jiwaku
Datang secara tiba-tiba tanpa aku bisa menghindarinya
Indahmu begitu kuat menyayat saraf hati
Hingga darah cintaku mengalir laksana roman putih yang terluka
Ditusuk pedang saktimu di peperangan yang baru saja Engkau menangkan

Aku hidup tapi mati
Aku riang tapi sepi
Aku mencari tapi tak menemukan
Aku sakti tapi kalah
Aku berlian tapi sampah
Tetapi aku tetap sejati cintamu
Sekarang selamanya meski tanpa cinta dan kasih sayang

Oh bumi…
Telanlah jasad palungku
Terimalah aku dikeluwesanmu meskipun aku kalah dan mati
Di peperangan cinta yang baru pertama kali aku mainkan
Biarkanlah aku melanglang dengan jelmaan di setiap waktu di ruang hatiku
Tanpa harus ada ketakutan, pertanyaan, dan kegelisaha

Sonnie said...

huuffhhh......terharu sekali denger nya...yah mungkin ini semua menjadi sebuah pelajaran kita semua tentang IKHLAS..dimana kita harus ditinggal seseorang yang sangat kita cintai...
semoga amal ibadah radit diterima disisinya..dan buat icha smoga diberikan ketabahan aj..

-SONNIE-