Saturday, December 12, 2015

Doa Si Miskin Asep Sutandar Terkabul Melalui Tangan Sang Komandan

DOA yang dipanjatkan Asep Sutandar (63) dan keluarganya selama bertahun-tahun dikabulkan Allah, melalui perantara tangan Komandan Distrik Militer 0608 Kabupaten Cianjur, Letkol Arm Imam Haryadi. Keinginannya memiliki rumah yang layak untuk menggantikan kandang ayam yang belakangan ditempati Asep bersama istri dan delapan anaknya, segera terwujud.

Kenyataan yang sulit dibayangkan sebelumnya. Sebagai buruh tani di Kampung Selakopi, Desa Babakan Caringin, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Cianjur, penghasilnya hanya cukup untuk makan dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Gubuk reyot yang akhirnya hancur diterjang angin kencang pun tak dapat ia dirikan kembali. Itu mengapa Asep dan keluarganya terpaksa tinggal di kandang ayam, tak jauh dari sawah garapannya.
Apa yang dilakukan Letkol Arm Imam Haryadi? Imam tidak menggunakan sihir atau sulap untuk membangunkan rumah Asep, melainkan ia memanfaatkan kekuasaan dan amanah yang dimilikinya. Sebagai anggota tentara yang mengepalai Distrik Militer Cianjur, mudah baginya mengerahkan kolega dan anak buahnya, untuk melakukan banyak hal, termasuk gotong royong membangun rumah untuk Asep. Pasukan tentara sudah siap diterjunkan untuk turut membangun rumah. Imam memastikan rumah layak untuk Asep akan berdiri dalam waktu 14 hari.
Kata-kata dan perintahnya bak "jimat" yang dapat menembus tembok tebal birokrasi dan rasa empati yang tak tersalurkan. Hanya dengan bicara, Haji Rasimin, majikan Asep, pun merelakan tanahnya dipakai mendirikan bangunan. Obrolan yang selama ini mungkin tak dilakukan. Buktinya, Camat Karangtengah, yang membawahi Desa Babakan Caringin, tempat Asep sekeluarga tinggal, sampai kemarin mengaku tidak tahu ada warga yang hidup di kandang ayam.
Belakangan Pemerintah Kabupaten Cianjur bertindak. Tapi langkahnya kalah cepat. Meski menjanjikan akan memberikan bantuan material untuk membangun rumah Asep, pencairannya memerlukan waktu lama karena harus menunggu laporan berjenjang dari RT, RW, desa, kecamatan, baru setelah itu diusulkan kepada Bupati.
Tentara atau sipil yang memiliki jabatan atau kekuasaan berkewajiban menggunakan amanah sebaik-sebaiknya sehingga memiliki manfaat besar untuk kemaslahatan manusia. Bukan sesuatu yang sulit bagi mereka untuk mengerahkan massa dan anggaran untuk membantu rakyat yang kesulitan. Jika anggaran tak tersedia di kas daerah, mereka bisa mengajak kolega atau perusahaan untuk terlibat menyelesaikan masalah warga.
Di Cianjur, warga yang bernasib seperti Asep atau bahkan lebih miskin, masih banyak. Data dari Badan Pusat Statistik Cianjurmenyebutkan tahun 2014, warga miskin di Cianjur, berjumlah 259.547 orang dari total penduduk sebanyak 2,2 juta jiwa.
Pemerintah bisa saja mengkalim angka kemiskinanya turun dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, kondisi ekonomi yang labil mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaan. Ditambah banyaknya alih fungsi lahan, para petani pun kehilangan pendapatan.
Gotong royong adalah solusinya. Namun, kebersamaan ini mulai tergerus oleh budaya kota. Maka perlu ada usaha dari pemerintah atau orang-orang yang berpengaruh untuk menggerakan massa, melakukan sesuatu yang positif dan produktif. Seperti halnya yang dilakukan Letkol Arm Imam Haryadi. Jika Bupati, Camat, Lurah,Dandim, Danramail, Kapolres, Kapolsek, melakukan itu, maka kekuasaan yang mereka miliki menjadi kekuasaan yang menolong. Kaum papa pun menjadi merasa memiliki "ayah" yang akan membantu menyelesaikan kesulitannya. (*)
Sorot, Bandung, Sabtu, 14 November 2015

No comments: